EKONOMISistem Ekonomi Antagonistik, Pemerintah Versus Rakyat

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng. (Foto: Ahmad Hatim/ NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ekonom Salamuddin Daeng menyebut sistem ekonomi yang dianut Indonesia saat ini bercorak vis a vis rakyat versus pemerintah. Dimana posisi keduanya saling berhadap hadapan secara antagonistik. Saling melawan satu dengan lainnya.
Ini menyusul reaksi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengaku senang dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Bahkan Sri berharap agar kenaikan tersebut terus berlanjut.
Pasalnya dengan kenaikan harga minyak mentah, berdampak pada pendapatan negara. Sri Mulyani menjelaskan, setiap kenaikan 1 dolar, pemerintah memperoleh keuntungan bersih (netto) sebesar Rp 1,1 triliun.
Namun situasi ini justru paradoksal. Ketika negara tengah bahagia menyambut kenaikan minyak mentah, situasi berbeda dialami rakyat dalam negeri. Sebab kenaikan BBM, selalu dibarengi dengan kenaikan kebutuhan lainnya.
Daeng menyebutkan, sistem ekonomi antagonisme pemerintah ini telah dimulai dari mimpi dan khayalan. Kedua pihak tengah menghayalkan hal yang berbeda demi menyelematkan diri masing masing.
“Antagonisme terjadi dalam migas yang merupakan sektor kunci dalam politik ekonomi dan keuangan Indonesia. Migas masih menjadi andalan utama dalam pendapatan negara,” ungkap Daeng kepada Nusantaranews.co melalui pesan singkat.
Ia menjelaskan, migas menjadi roda penggerak utama ekonomi. Saat pemerintah menginginkan harga minyak mentah dunia naik, sebaliknya rakyat justru menginginkannya turun. Sebab kenaikan minyak mentah selalu membawa efek terhadap kenaikan kebutuhan lainnya.
Inilah pekerjaan rumah pemerintah. Sebab, jika harga BBM rendah maka daya beli rakyat dapat diselamatkan.
“Pertanyaan mendasar yang kita hadapi sekarang adalah bagimana menyelamatkan rakyat dari mimpi dan harapan pemerintah yang berbeda dengan rakyat? Ini ada yang salah bung!” terangnya.
Editor: Romandhon
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==